Ada banyak sekali cara yang Tuhan pakai untuk mempertemukan kita dengan orang yang tepat. Aku sendiri bukan tipe orang yang melulu membahas masalah cinta dan semacamnya, aku lebih suka bersahabat. Karena kata orang, sahabat itu tidak mengenal kata mantan. Sahabat terkadang tak cuma jadi tempatmu berbagi, tempatmu bersandar, namun juga tempatmu berteduh dari segala peliknya dunia, tempatmu.... tempatmu....
Aku pernah punya sahabat baru. Ya. Sekali waktu. Dipertemukan oleh suatu kegagalan yang membuatku terpuruk, aku bertemu dia, awalnya aku sangat kesal dengan keberadaannya, dia sangat usil, pecicilan dan kadang sangat-sangat tidak sopan. Tapi siapa sangka, Tuhan mungkin pakai dia untuk jadi pelipur lara, untuk jadi tempat berbagi, untuk jadi topeng senyummu disaat kau sedih, untuk jadi tamengmu disaat kau tak ingin berhadapan dengan dunia.
Sejak saat itu, kegagalan tak berarti apapun buatku, semua hal yang aku lalui bersama dia membuatku lupa bahwa aku orang yang benar-benar terpuruk, dari teman, aku mulai menyayanginya, sangat takut kehilangan, aku mulai mematri kata sahabat di dalam hatiku setiap aku melihat dia. Sudah terlalu banyak tawa nyaring untuk dikenang, Sudah terlalu kuat teriakan bahagia bersama dia, Sampai aku sadar, Tuhan tak hanya menciptakan satu sisi, tapi sisi lainnya. Pertemuan. Perpisahan.
Ini bulan ke-4 aku bisa dikatakan tanpa dia. Hanya formalitas yang membuat kami selalu bertegur sapa, pesan elektronik juga hanya seadanya. Sedih? Ya! Menangis? Jangan tanya berapa banyak tetesan air mata dan doa-doa yang teriring untuk dia, untuk kasih sayang yang aku bahkan tak tahu bisa hilang begitu saja. Tepat hari ini, aku melihat posisiku 4 bulan yang lalu digantikan oleh orang baru... Tuhan tahu? ini benar-benar tak terbendung lagi! Aku menangis sejadi-jadinya, tapi selalu... Di setiap akhir tangisanku selalu ada doa yang mengiringmu bahagia. Tapi sadarlah sobat, aku tak sanggup posisiku digantikan oleh orang lain, aku didepanmu! Apalah yang bisa kulakukan, aku hanya seorang umat beragama yang berpegang teguh terhadap rencana Tuhan, dan yakin Tuhan punya maksud dibalik semua ini.
Ada banyak sekali cara yang Tuhan pakai untuk mempertemukan kita dengan orang yang tepat. Aku masih bertanya-tanya dan terkadang sedih, sampai memaksa menemukan jawaban. Tapi tetap tak mendapatkan apa-apa. Tapi asal kau tau sayang, aku akan menyayangimu lebih daripada aku menyayangi kekasihku kelak, tapi apalah daya, mungkin kau yang belum mengenal kata sahabat dengan baik? Atau aku yang terlalu hiperbola akan semua ini? Memang, aku cuma gadis kecil cengeng yang ingin bersahabat denganmu, seorang pemuda sombong. Ha..ha..ha. Mengingatmu hanya membuatku selalu terisak pilu dan seperti orang yang sakit, atau seperti orang miskin yang tidak punya apa-apa.
Ada banyak sekali cara yang Tuhan pakai untuk mempertemukan kita dengan orang yang tepat. Aku berfikir Tuhan mungkin sebenarnya kemarin mengirimkan sesosok malaikat ketika aku dalam kegagalan, tapi kebetulan berwujud sama sepertimu. Dan ketika aku sudah kembali bahagia Tuhan mengambilnya lagi, tinggalah kamu dalam wujud manusia, yang sama sekali tidak mengenalku.
Kalau ada ujian tentang daftar nama orang yang aku sayang, jangan kaget bila kamu ada di salah satu deretan jawabanku, meskipun aku tau, aku tak berarti apa-apa lagi bagimu. Aku setia menyayangimu sampai akhir seperti kutipan J.K Rowling, atau seperti kutipanku sendiri; Aku menyayangimu seperti matahari bangun sampai kembali tidur untuk menyongsong hari yang lebih cerah.
Sebuah kebanggaan bisa dilahirkan di kota ini, kota yang sangat-sangat menyenangkan dan sangat layak untuk dikenang. Namanya Pematangsiantar. Dulu dia sangat sederhana, tapi seiring zaman yang melangkah pasti, Pematangsiantar mulai menunjukkan eksistensinya. Sekarang aku adalah seorang mahasiswa aktif di Pulau Jawa. Tidak terasa hampir tahun ke-2 menjadi seorang perantau. Aku selalu terkenang ketika aku berada di perantauan. Banyak alasan mengapa aku begitu menyayangi kota ini.
